Catatan Dini Hari; Agar Tak Ada Lagi Tangis
Aku terbangun dari ambang mimpi, mendapati sepi yang setia malam ini. Langsung bertatap, bergelut dan berdiskusi secara intens dengan Freud , Klein , Mahler , Kohut , Bowlby , beserta psikoanalisis dan teori relasi objeknya, tanpa basa-basi. Aku kedapati mereka untuk mendengarkan, yaa, mendengarkan. Mereka berkisah banyak hal, bercerita tentang ini dan itu, mempertanyakan mengapa harus ada ini dan itu. Mereka punya kisah persahabatan masing-masing yang sama-sama dipertemukan lewat ilmu pengetahuan. Malam ini, kami berdiskusi ria, berbincang lewat buku, dan sepi. Setelahnya, aku menangis sekencang-kencangnya, sendirian, tepat setelah Freud dkk pamit undur diri. Itulah waktuku bertatap dengan diri, dengan Yang Menciptakan aku dan segala ilmu pengetahuan. Kemudian dadaku berdenyit, seperti suara pintu karat yang dibuka-tutupkan berulang kali, ngilu. Aku menangis lagi, lebih kencang, kemudian tenang setelah hatiku tiba-tiba ditiupkan kedamaian, perasaan yang begitu hebat, seperti DIA...